Teori Arsitektur
Selama ini dikenal tiga khasanah teori yang diakui ada dalam
dunia arsitektur.
1. teori tentang arsitektur (theory about architecture)
bersifat memaparkan tentang what is architecture menurut posisi teoritis arsitek dan
paradigma yang dianutnya.
2. teori di dalam arsitektur (theory in architecture) berupa
teori “apa saja” yang digunakan oleh para arsitek dalam praktik profesionalnya.
3. teori arsitektur (theory of architecture) yakni sebentuk
teori yang khas arsitektur, mirip teori atom atau teori gravitasi yang muncul
serta berlaku dalam ilmu fisika.
Teori arsitektur jenis ketiga ini.
sebenarnya lebih tepat berada dalam kategori theory on architecture,
yang menunjukkan adanya
academic sense daripada theory about architecture.
Meskipun demikian,theory on architecture akan
muncul dari adanya theory about architecture, sebagai konsekuensi logis dan menjadi substansi dari
paradigma arsitektur yang dianut seorang pencetus teori.
Dalam pemahaman dunia akademik, suatu teori dikenal memiliki tiga
sifat, yakni eksplanatif, prediktif,
dan kontrol. Teori dengan pengertian semacam itu umumnya berlaku
bagi teori – teori dalam ilmu
(scientific theories), namun tidak berlaku dalam dunia
arsitektur. Teori dalam dunia arsitektur bersifat
unscientific, spekulatif, subyektif, terkait dengan eksplanasi konsep
desain, merupakan tuntunan
praktik, atau iluminasi tentang suatu desain arsitektur. Teori
dalam arsitektur tidak mampu memberikan
jaminan keberhasilan prediksi seperti halnya teori dari khasanah
ilmu. Dengan demikian, arsitektur
hanya akan mendukung status quo, menciptakan yang lama dalam
situasi baru, maka tidak mampu
menjadi sarana emansipatori kehidupan manusia. Oleh karenanya,
arsitektur tidak dapat lagi
menggunakan teori tradisional atau bersifat spekulatif saja
karena tidaklah memadai untuk praktek
arsitektur kini dan masa depan.
Arsitektur hingga kini telah semakin terlibat di dalam kehidupan
masyarakat, bahkan menjadi
sarana bagi penyelesaian problematika kehidupan manusia, maka
sudah selayaknya tidak hanya
menggunakan teori – teori yang bersifat spekulatif, melainkan
perlu dilandasi dengan nilai - nilai etis.
Arsitektur semestinya mampu menjadi sarana emansipatori manusia,
yakni pembebasan dari
kealamiahan manusia maupun dari rintangan yang dibuatnya
sendiri. Hal itu berarti, arsitektur yang
0 komentar:
Posting Komentar